Jumat, 06 Juli 2012

Pendidikan Nasional

Kemandirian Pendidikan Nasional

Melalui Research

Pendidikan nasional - Sebuah re-search merupakan modal dasar bagi siapa saja yang ingin mengutarakan suatu temuan baru ataupun pengembangan temuan yang sudah berjalan dan sudah distrukturkan menjadi sebuah sistem secara benar menurut rasionalitas maupun materialis ataupun sebuah dilalektis yang menuntut fleksibilitas sistem maupun struktur.
Keberanian, rasa ingin tahu tinggi, objektif walau menentang arus, jujur adalah beberapa hal yang perlu dimiliki oleh orang tersebut. Dari referensi - referensi, artikel - artikel serta buku tentang pendidikan nasional belum begitu terbarukan. Sebuah perkembangan ilmu dan tehnologi yang menafikan absolutisme dan penuh kompetisi dan evolutif belum tampak.
Sudah menjadi persamaan persepsi bahwa pendidikan dengan sistem dan undang - undangnya mengakui bahwa pendidikan adalah basic pembentukan kepribadian seorang manusia. Institusi pendidikan adalah satu tempat yang diserahi tanggung jawab untuk itu. Dalam UU sisdiknas bahkan meletakkan standar - standar yang menyangkut manajemen, pengelolaan keuangan, dan sebagaianya walau tak lebih bahwa pemerintah masih dalam ketakutan ketidakmampuan satuan pendidikan untuk meluluskan siswa yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Tehnologi berupa metode bukan elektronik learning, Pendidikan mengalami perkembangan ditingkat global. Ini adalah hasil dari think and re-think yang tentunya menjadi jiwa seorang peneliti pendidikan. Selama ini pelaku pendidikan hanya mampu mengadopsi pemikiran barat yang tentunya belum tentu sama bila diaplikasikan dalam pendidikan nasional di tanah air. Sudah menjadi maklum bahwa apa yang mendasari pemikiran mereka adalah optimalisasi kebenaran dengan akal. Radical behavirosisme, constructivisme, post modernisme, adalah buah karya orang barat. Dimanakah Abraham Maslow Indonesia, B.F Skinner Indonesia, dan yang lainnya.
Ataukah dalam ketakutan menjadikan akal menjadikan raja dalam membentuk sebuah sistem bahkan mengeluarkan hipotesa?. Inilah yang hilang dan tidak ditanamkan dalam siswa bahkan pendidik indonesia. Namun tidak dipungkiri dalam sejarah ilmu inilah fakta. Biarlah agama berinstropeksi dan melakukan kajian ulang akan kekuasaan akal ini. Bukan berarti agama salah, sebuah psikologi terbaru yakni transpersonal psikology menemukan bukti terbaru bahwa manusia maklhuk yang memiliki keinginan untuk menjadi baik, berkeadilan, memiliki rasa kasih sayang dan sebagainya atau god spot. Sebuah buku karya seorang pemikir islam di Iran Syekh Muhammad Baqir As sadr flsafatuna dan Ulama Murtodha Mutahari melalui bukunya manusia dan agama begitu dalam telah menjunjung akal namun bukan memposisikan sebagai tuhan.
Karya tulis dan karya ilmiah lainnya yang dalam sertifikasi profesi ditekankan malah menjadi hantu yang menakutkan karena dituntut untuk berfikir yang sistematis, logis, dan mampu digeneralisir hasilnya agar applicable dan mendukung perkembangan dunia pendidikan nasional di Indonesia. Bagaimana efektifitas metode mengajar yang baik dan efisien yang berdasarkan aplikasi teori yang ada serta kontekstual harus ditampilkan dalam sebuah artikel sehingga memuat ketidakberhasilan sebuah teori beserta hipotesis dilontarkan lalu mengkaji ulang dengan teori terbaru, dan apabila belum ditemukan itulah wujud hasil research berupa penemuan terbaru yang kontekstual.
Bukan hanya untuk metode mengajar melainkan semua hal yang menyangkut pendidikan membutuhkan re-search yang mendalam. Sehingga diharapkan memunculkan potensi yang dimiliki oelh pendidik indonesia. Situs resmi pemerintah seharusnya ada dan tidak komersial. Semua orang bisa mengakses dan memuat hasil karyanya yang tentunya memenuhi standar. Serta menampilkan hasil - hasil re search supaya dapat diaplikasikan ataupun dikembangkan. Keterbukaan informasi akan menjadikan lebih cepatnya perkembangan di dunia pendidikan nasional kita.

Sumber : http://edyutomo.com/pendidikan/pendidikan-nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar